Firman Gani, Oase di Padang Gurun

Written By Unknown on Tuesday, January 22, 2013 | 5:59 PM


KOMPAS.com- Suatu hari di Kota Benteng, Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, tahun 1987, mata Firman Gani berkaca-kaca. "Lusa saya dilantik menjadi Kapolres Majene. Itu artinya saya akan meninggalkan kesatuan Brimob, semoga untuk sementara," katanya.




Persoalan teror kerap sangat rumit dan perlu perhatian khusus. Densus adalah jawaban yang tepat.


-- Firman Gani




Ketika itu ia masih berpangkat mayor, dengan jabatan Dan Sat Brimob Polda Sulawesi Selatan. Ia berada di Kota Benteng mengikuti perjalanan dinas Kapolda Sulsel Putera Astaman.


Firman Gani ketika itu dipandang sebagai mutiara baru kepolisian. Ia lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, dan dalam usia kurang dari 35 tahun dilantik sebagai Kapolres, prestasi yang mengilap ketika itu.


Usai di Majene, ia menjadi Kapolres Pangkajene Kepulauan, Sulsel. Dari sini karirnya seperti melesat. Ia di antaranya menjadi orang pertama di Brimob Polri, lalu Kapolda Maluku, Kapolda Sulawesi Selatan, Kapolda Jawa Timur dan Kapolda Metro Jaya.


Di semua wilayah tugasnya, kilap Firman Gani selalu terang benderang. Di Maluku, ia dapat menenangkan para pihak yang bertikai. Ia berani datang ke tempat-tempat yang dipandang sebagai daerah sangat "panas" akibat pertikaian. Ia berani berdiri di tempat terbuka, tatkala kedua pihak yang bertikai melemparkan batu dan senjata tajam.


Di Polda Metro Jaya, ia membuat komunikasi dengan semua pihak berjalan amat mulus. Ia membuka sekat-sekat yang membatasi komunikasi dengan pers. Ia bahkan bersedia menerima wartawan yang datang sekadar untuk tukar pikiran, adu gagasan dan bercanda. Di tengah waktunya yang amat padat, Firman masih sempat menyediakan waktu untuk sekadar berseloroh dengan wartawan.


Hal yang menggetarkan, ia seorang analis politik dan militer yang ulung. Pendapatnya, yang terlontar dalam diskusi dengan sejumlah wartawan, tetapi tidak untuk dikutip, selalu jernih dan tepat. Ia sungguh analis politik dan militer yang mengagumkan. Tidak heran kalau pria yang pensiun dengan pangkat Irjen ini diketahui sebagai penggagas Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror.


"Persoalan teror kerap sangat rumit dan perlu perhatian khusus. Densus adalah jawaban yang tepat," ujarnya ketika masih menjabat Kapolda Metro Jaya (2004-2006).


Ketika terjadi bom di depan Kedutaan Besar Australia, Firman Gani termasuk di antara perwira tinggi polisi pertama yang tiba di tempat kejadian. Ia langsung mengomando anak buahnya untuk melakukan tindakan-tindakan taktis dan segera.


Dalam hubungan pribadi, suami dari Fifi Kabul ini adalah sahabat yang hangat dan menyenangkan. Ia mau mendengar keluh kesah teman-temannya. Ia mampu membangunkan semangat teman-temannya yang kehilangan anggota keluarga yang dicintai, atau koleganya yang tidak naik pangkat sampai belasan tahun lamanya karena suatu hal.


Dalam pandangan banyak kerabatnya, Firman Gani adalah oase di padang gurun. Ia selalu menyediakan waktu untuk teman-temannya yang sedang susah. Ia selalu memberi elan dan jiwa juang kepada anak buahnya yang patah arang.


Suatu hari pada awal tahun 1987, usai sebuah diskusi tentang masalah keamanan dan ketertiban masyarakat di Makassar, ia mendapati enam mahasiswa tengah duduk-duduk dengan raut kusut masai di ujung sebuah koridor.


"Adik-adik kenapa tampak susah?" tanya Firman Gani. Keenam mahasiswa itu tersipu dan memperbaiki posisi duduk mereka.


Merasa tidak mendapat jawaban konkret, Firman kembali bertanya. Akhirnya seorang di antara mereka, berambut gondrong dan berkumis lebat, menuturkan bahwa hari itu hari terakhir membayar uang kuliah, tetapi mereka tidak punya biaya. Tidak dinyana Firman Gani membuka dompetnya.


"Di dompet saya ada uang Rp 123.600, kalian bagilah berenam, siapa tahu bisa membantu," ujar Firman sambil mengeluarkan seluruh uang itu dari dompetnya. "Semoga kalian menjadi mahasiswa yang cerdas dan tangguh."


Sebagai polisi, Firman Gani dikenal sangat tegas dan konsisten menegakkan disiplin. Akan tetapi di sisi lain, ia pria yang penuh belas. 


Kini, Firman Gani sudah tiada. Jasatnya sudah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. Selamat beristirahat...












Anda sedang membaca artikel tentang

Firman Gani, Oase di Padang Gurun

Dengan url

http://blogerstour.blogspot.com/2013/01/firman-gani-oase-di-padang-gurun.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Firman Gani, Oase di Padang Gurun

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Firman Gani, Oase di Padang Gurun

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger